Pembahasan Praktikum Tekfar Padat Bagian 2


֍ Judul : Pembuatan Tablet Salut Gula (Sealing, Subcoating, Smoothing, Colouring, Polishing)
Tujuan :
1.      Mahasiswa memahami keunggulan serta fungsi penyalutan tablet
2.      Mahasiswa mampu memahami proses penyalutan tablet dan titik kritis dalam pembuatan tablet salut gula
3.      Mahasiswa mampu menganalisis kegunaan dan fungsi eksipien dalam pembuatan salut gula
4.      Mahasiswa mampu menganalisis kualitas dari tablet gula
5.      Mahasiswa mampu memahami proses pengemasan tablet salut gula dan analisisnya.
Formula (untuk 2 kg tablet)
Sealing
R/         Shellac             6                      atau                  R/         HPMC              3%  b/v
Alkohol           94                                                        Alkohol           94
Serbuk penabur:          R/         CaCO3 65
Talkum            35
Subcoating
Larutan subcoating:     R/         Gula                 400
PGA                 20
Gelatin             8
Akuades          300
Serbuk subcoating:      R/         CaCO3                  120
Talkum            120
Smoothing
R/         Gula                 100
Akuades              50
Colouring
R/         Gula                 180
Gelatin             2
Zat warna         qs (+/- 100 mg)
Akuades          110
Polishing
R/         PEG 6000        10
              Kloroform 100
Prosedur Kerja :
Buatlah sebanyak 250 g tablet tanpa zat aktif. Lakukan telaah literatur mengenai pembuatan tablet inti yang baik dan memenuhi syarat. Ambil secara acak 20 tablet lalu timbang bobot tablet yang dihasilkan.
Sealing
1.      Buatlah larutan sealing
2.      Lapisi panci penyalut dengan larutan sealing, keringkan dengan mengaliri udara panas sampai panci kering. Masukkan tablet inti ke dalam panci lalu putar. Aliri udara panas ke dalam panci hinggi suhu tablet sekitar 30oC
3.      Tuangkan 5 mL larutan sealing, keringkan dengan udara panas 25 - 30oC, tunggu hingga kering
4.      Penyalutan dilakukan lagi dengan 3 mL larutan sealing hingga rata sebanyak 2 - 4 lapis. Apabila tablet terlihat lengket, taburi dengan serbuk penabur.
5.      Keringkan dalam oven selam kurang lebih 1 hari.
Subcoating
1. Timbang bahan untuk larutan dan serbuk 1/10 formula
2. Buat suspensi subcoating dengan bahan yang terdapat pada formula
3. Lapisi panci penyalut dengan sedikit suspensi dengan cara diratakan pada panci kemudian dikeringkan dengan udara panas
4. Tuangkan tablet ke dalam panci lalu putar panci dalam posis miring
5. Tuang suspensi dan putar selama 3 - 5 menit dan dikeringkan dengan udara panas. Untuk penuangan 1 dan 2 gunakan 10 mL larutan, sedangkan penuangan selanjutnya gunakan 6 mL suspensi.
6. Tahap subcoating selesai jika tepi tablet tidak terlihat lagi
7. Keringkan selama satu hari di oven.
Smoothing
1. Buat larutan bahan 1/10 formula
2. Panci penyalut yang telah bersih dilapisi dulu dengan larutan smoothing hingga merata lalu keringkan dengan udara panas
3. Tablet yang telah disubcoat dimasukkan ke dalam panci penyalut lalu diputar
4. Tuang dengan larutan smoothing sedikit demi sedikit dan biarkan kering dengan sendirinya tanpa dialiri udara panas.
5. Teruskan pelapisan hingga larutan smoothing habis dan permukaan tablet telah licin (kurang lebih 3 - 5 lapis)
6. Keringkan dalam oven selama 1 hari
Colouring
1. Buat larutan atau suspensi zat warna
2. Panci penyalut dilapisi dengan sirup yang akan dipakai untuk melarutkan zat warna lalu keringkan dengan udara panas
3. Tablet yang permukaannya sudah licin dimasukkan ke dalam panci penyalut lalu putar. Panaskan tablet di dalamnya hingga 35 - 40oC
4. Tuangkan 5 mL larutan warna dengan dialiri udara panas sesekali. Hisap debu dengan vakum secara hati-hati. Lakukan sebanyak 4 kali.
5. Penuangan yang ke 5 dan 6 gunakan 4 mL larutan dengan dialiri udara panas
6. Penuangan yang ke 7 dan 8 gunakan 3 mL larutan dengan dialiri udara panas
7. Penuangan yang ke 9 dan 10 gunakan 2 mL larutan dengan dialiri udara panas.
8. Jika warna masih belum rata, ulangi tahap ke-4 hingga 7.
9. Jika warna sudah rata, tuang larutan sebanyak 2 mL tanpa dialiri udara panas
10. Tuangkan 1 mL larutan tanpa dialiri udara panas
11. Tuangkan 2 mL larutan sirupus simpleks tanpa zat warna dan tanpa dialiri udara panas
12. Keringkan dalam oven selam 1 hari.
Polishing
1. Buat larutan 1/10 formula
2. Panci penyalut dilapisi terlebih dahulu dengan larutan polishing sampai rata, tipis dan keringkan dengan mengaliri udara panas
3. Masukkan tablet salut yang telah berwarna ke dalam panci kemudian diputar
4. Tuang 5 mL larutan polishing kemudian ditutup dan biarkan berputar selama kurang lebih 5 menit. Buka tutupnya lalul biarkan tablet mengering dengan sendirinya
5. Kerjakan tahap 4 sebanyak 3 -  4 kali dan biarkan panci berputar terus dalam keadaan terbuka hingga diperoleh tablet yang mengkilap.
Pembahasan :
Pembuatan tablet salut gula memiliki banyak keuntungan, diantaranya adalah menutupi rasa dan bau yang tidak enak, menyamarkan dan menutupi warna obat yang tidak menarik, memberikan perlindungan terhadap sediaan inti (zat aktif) dari pengaruh luar baik fisika, kimia, dan mekanik, mengendalikan pelepasan obat, sebagai identitas produk, memudahkan proses blistering, dan mencegah inkompatibilitas. Tahapan dalam membuat tablet salut gula adalah sealing, subcoating, smoothing, colouring, dan polishing. Sealing bertujuan untuk menutupi tablet inti dari pengaruh air/cairan yang dipakai selama proses penyalutan. Subcoating bertujuan untuk menutupi bagian tepi tablet sehingga tablet tidak bersudut, menjadi lebih bundar, dan mengurangi benturan mekanik. Smoothing bertujuan untuk melicinkan tablet sekaligus membentuk warna dasar tablet. Karena smoothing menggunakan larutan sirup gula tanpa zat tambahan lain, pengeringan dilakukan secara hati hati dan perlahan karena dapat mengakibatkan terbentuknya kristal gula pada permukaan tablet. Colouring bertujuan untuk memberikan warna tablet dan polishing bertujuan untuk membuat permukaan tablet menjadi mengkilap sehingga menambah keindahan tablet.

֍Judul : Pembuatan Chewable Lozenges
Tujuan
1.             Mahasiswa mampu memformulasikan sediaan chewable lozenges.
2.             Mahasiswa mampu memahami proses pembuatan sediaan chewable lozenges.
3.             Mahasiswa mampu menganalisis kualitas sediaan dan pengemas chewable lozenges.
Resep :            R/         Ekstrak buah belimbing manis
                                    Gliserin
                        Gelatin
                        Asam sitrat
                        Amilum
                        Metil paraben
                        Sukrosa
                        Aquadest
                        m.f loz
Prosedur Kerja
1.      Pencampuran gula, sirup, air, dan basis sediaan lainnya dengan pemanasan (pembuatan basis).
2.      Pencampuran bahan obat ke dalam basis.
3.      Pencampuran polimer, pewarna, perasa, dan eksipien lainnya.
4.      Pencetakan campuran bahan, dan pengemasan sediaan.
Analisis Hasil
1.        Uji Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan sesuai FI edisi III. Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Kemudian timbang satu persatu bobot tablet. Tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B.
2.        Uji Keseragaman Ukuran
Hitung diameter dan tebal masing-masing tablet. Tentukan nilai rata-rata, standar deviasi, dan %CV masing-masing diameter dan tebal sediaan. Nilai %CV tidak boleh melebihi 5%.
3.        Uji Keseragaman Kadar
Uji keseragaman kadar dapat dilakukan sesuai prosedur uji penetapan kadar zat aktif yang ada dalam tablet yang tertera dalam Farmakope Indonesia. Uji dapat dilakukan dengan titrasi atau spektrofotometer.
4.        Uji Organoleptis (homogenitas warna, aroma)
Secara organoleptis, amati warna masing-masing sediaan, apakah ada warna yang tidak merata atau tidak. Sediaan chewable lozenges harus memiliki warna yang homogen. Amati aroma yang ada pada sediaan. Sediaan chewable lozenges harus beraroma enak, tidak boleh ada bau yang mengganggu seperti bau tengik dan sebagainya.
5.        Analisis Tekstur Sediaan
Karakteristik tekstur chewable lozenges meliputi kekerasan (hardness), kekenyalan (gumminess), dan daya kunyah (chewiness). Ketiga parameter ini diukur dengan TPA (Texture Profile Analysis). Prinsip dari TPA ini adalah memberikan gaya tekan terhadap produk sebanyak dua kali dimana alat tersebut sebagai simulasi pada proses pengunyahan
6.        Uji Elastisitas
Sediaan dipegang masing-masing pada ujungnya kemudian ditarik perlahan ke arah yang berlawanan dan dicatat rentangan sampai chewable hampir terputus.
7.        Analisis Hedonik
Uji dilakukan dengan melakukan survey kepada responden mengenai sediaan yang dihasilkan, baik itu dari rasa, penampilan fisik, atau parameter lainnya. Hasil survey dianalisis menggunakan software SPSS.
Pembahasan :
Chewable lozenges biasanya memiliki rasa yang mencolok dan sedikit rasa asam. Lozenges jenis ini cocok diperuntukkan bagi pasien pediatri dan efektif untuk penggunaan pengobatan pada absorbsi gastrointestinal dan sistemik. Chewable lozenges atau sediaan tablet hisap yang berbasis gula memiliki sifat melarut atau dapat hancur di dalam mulut. Sediaan ini umumnya dibuat dari formula gelatin tergliserinasi yang mengandung gliserin, gelatin, dan air. Bahan lain yang digunakan biasanya adalah basis permen (gula), whipping agent, lubrikan, humektan, perasa, dan zat aktif yang telah dipilih (Umashankar, 2016).

֍Judul : Fast Dissolving Film
Tujuan
1.      Mahasiswa mampu memahami konsep formulasi sediaan fast dissolving film
2.      Mahasiswa mampu memilih eksipien yang sesuai
3.      Mahasiswa mampu memahami proses pembuatan sediaan fast dissolving film
4.      Mahasiswa mampu melakukan analisis sediaan fast dissolving film
5.      Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil analisis yang didapat
Resep : R/        prometazin HCl  10 mg
                        HPMC  45%
                        PEG 400 30%
                        Sukrosa 5%
                        Vanilla 3%
                        Asam sitrat
                        Explotab 4%
                        aquadest
                        m.f patch
Monografi singkat :
1.      Prometazin HCl (zat aktif)
Fungsi : antiemetik
Pemerian : serbuk hablur, putih sampai kuning lemah, praktis tidak berbau
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam etanol mutlak panas, dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter, dalam aseton, dalam   etil asetat
2.      HPMC
Fungsi : polimer
Pemerian : serbuk putih tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol dan eter
3.      PEG 400
Fungsi : plasticizer
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, bau khas lemah
Kelarutan : larut dalam air
4.      Sukrosa
Fungsi : pemanis
Pemerian : hablur putih, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
5.      Vanilla
Fungsi : pemberi rasa
Pemerian : serbuk putih kekuningan, bau khas kuat
Kelarutan : larut dalam air
6.      Asam sitrat
Fungsi : stimulan saliva
Pemerian : kristal bening, tidak berbau, memiliki rasa asam yang kuat
Kelarutan : larut dalam air, sedikit larut dalam eter
7.      Explotab
Fungsi : super disintegran
Pemerian : serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : tidak larut dalam air
Prosedur kerja :
Metode solvent casting
1.      Larutkan prometazin ke dalam aquades, kemudian aduk dengan magnetik stirer selama 5 menit pada suhu 40 c
2.      Tuang HPMC sedikit demi sedikit ke dalam larutan tersebut, aduk selama sampai larut sempurna
3.      Tambahkan PEG 400, explotab, asam sitrat, sukrosa, dan vanilla satu persatu hingga larut sempurna
4.      Tuang larutan ke dalam cawan petri, keringkan di dalam oven pada suhu 45 c selama 24 jam
5.      Film yang telah kering dilepas dengan cutter dan dipotong 1 x 2 cm
6.      Bungkus dengan alumunium foil dan letakkan di wadah tertutup rapat diberi silica gel
Analisis Tablet :
1.      Pengujian Sifat Mekanik
Sediaan dijepit menggunakan 2 klem pada kedua ujungnya kemudian ditarik dengan kecepatan 2mm/sec lalu dihitung persen elongasi sediaan.
2.      Studi morfologi
Film diletakkan dibawah mikroskop lalu diamati morfologinya.
3.      Swelling
Timbang berat sediaan anda, kemudian letakkan didalam 15 ml cairan saliva buatan dan hitung berat sampai konstan.
4.      Waktu hancur
6 Sediaan dimasukaan ke dalam 25 ml air destilasi kemudian diaduk tiap 10 detik lalu dihitung waktu hancurnya.
5.      Waktu larut
Sediaan dimasukkan ke cairan saliva buatan Ph 6,4 kemudian dihitung waktu larutnya.
6.      Keseragaman kadar
Pilihlah metode yang sesuai !
Hasil Analisis :
1.      Sifat mekanik
L0 (panjang awal) = 2 cm
L1 (panjang akhir) = 3 cm
% E = (L1-L0)/L0 x 100%
             = (3 – 2)/2 x 100% = 50%
2.      Studi morfologi
Tidak terdapat lubang, terdapat butiran serbuk
3.      Swelling
Berat konstan = 0,2 mg
Berat awal = 0,19 mg
%swelling =(0,19- 0,2)/0,19 x 100% = 5,2%
4.      Waktu hancur
rata-rata waktu hancur = 12 detik
sd = 0,03
CV = (SD/rata) x 100% = (0,03/12) x 100% = 0,25%
5.      Waktu larut
Rata rata waktu larut = 5 detik
6.      Uji kadar prometazin HCl dilakukan dengan spektrofotometer uv 230 nm dengan blanko dapar pospat
Pembahasan :
Fast dissolving film termasuk ke dalam sediaan oral yang terdisintegrasi cepat. Penggunaan fast dissolving film sebagai obat mual dan muntah sangat sesuai untuk pasien pediatri yang memiliki kepatuhan rendah serta menarik ketika rasanya enak dan efek obat yang cepat larut tanpa bantuan air minum sehingga dapat dibawa kemana saja saat sedang bepergian. Metode pembuatan fast dissolving film terdapat beberapa cara, diantaranya adalah solven casting, semi solid casting, hot melt extrusion, solid dispersion, dan rolling.

֍Judul : Pembuatan tablet salut film
Tujuan Praktikum
1.      Mahasiswa memahami keunggulan serta fungsi penyalutan tablet
2.      Mahasiswa mampu memahami proses penyalutan tablet salut film
3.      Mahasiswa mampu menganalisis kegunaan dan fungsi eksipien dalam pembuatan salut film
4.      Mahasiswa mampu menganalisis tablet salut film
Resep :
Larutan penyalut          R/ opadry 10 g
                                         Alkohol ad 100 ml
                                         Aquadest  10 ml
                                         FDC blue qs
Prosedur Kerja :
1.      Buatlah sebanyak 250 g tablet tanpa zat aktif. Lakukan telaah literatur mengenai pembuatan tablet inti yang baik dan memenuhi syarat.
2.      Pembuuatan larutan penyalut
3.      Penuangan larutan penyalut pada panci penyalut
4.      Sambil dipanaskan, masukkan tablet ke panci penyalut
5.      Tuang larutan penyalut dan lakukan penyalutan kembali
6.      Dinginkan tablet
Analisis tablet :
1.      Uji Keseragaman Bobot             
Untuk keseragaman bobot dilakukan untuk 20 tablet secara acak yang ditimbang sekaligus, kemudian satu per satu tab ditimbang menggunakan neraca analitik. Keseragaman bobot dihitung dari penyimpangan bobot terhadap bobot rata-rata dan disesuaikan analisisnya dengan persyaratan yang terdapat di FI IV.
2.      Uji kenaikan bobot
Timbang bobot tablet salut, timbang bobot rata rata tablet inti. Hitung persen kenaikan bobot
3.      Uji Keseragaman Ukuran         
Pengujian dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal 20 tablet secara acak dengan alat jangka sorong. Hasil dinyatakan baik jika koefisien variasi (CV) dari 2%.
4.      Uji Kekerasan Tablet   
Ambil 5 buah tablet secara acak lalu letakkan di bidang datar beralas. Berikan beban timbangan 1 kg di atasnya dengan ketinggian yang meningkat (1 cm, 2 cm, dan seterusnya) hingga tablet retak atau hancur. Catat ketinggian terakhir yang diberikan, lalu konversikan bobot dan ketinggian tersebut menjadi gaya dengan rumus F = m.a.     
5.      Uji Waktu Hancur       
Ambil 6 tablet secara acak yang diukur menggunakan alat waktu hancur (disintegrator tester) suhu medium air dipertahankan pada suhu 37,50°C + 0,5°C (Pastikan suhu tercatat dengan benar). Selama penentuan berlangsung kemudian keranjang dinaik turunkan dengan kecepatan 25 rpm. Waktu hancur tablet adalah saat tablet hancur seluruhnya dan tidak ada yang terasa pada bagian dasar kawat keranjang. Waktu hancur tablet konvensional tidak lebih dari 15 menit dan 60 menit untuk tablet bersalut. Untuk tablet modifikasi lainnya disesuaikan dengan tabel yang terdapat di USP.
6.      Uji Kerapuhan           
Diuji dengan menggunakan alat friabilator menggunakan 20 tablet dengan kecepatan 25 kali putaran permenit selama 4 menit. Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan dan bantingan selama waktu tertentu. Lakukan perhitungan nilai friabilitas dengan persamaan di bawah ini. Persyaratan yang baik tidak lebih dari 0,8
Pembahasan :
Tablet salut film merupakan tablet salut dengan penyalutan polimer tipis pada permukaan tablet. Tujuannya sama seperti pada tablet salut gula yaitu mengatur pelepasan obat, memberikan perlindungan kimia dan fisika, dan melindungi suasana asam di saluran pencernaan. Pembuatan tablet salut film dengan polimer saja akan membuat tablet rapuh dan mudah pecah, oleh karena itu perlu penambahan plastisizer. Opadry disini mengandung polivinil alkohol sebagai polimer, PEG 3000 sebagai plastisizer, titanium dioksida sebagai opacifier yang berfungsi memastikan resin polimer terlihat dalam sinar X, dan talkum sebagai fotoprotektor.

֍Judul : Pembuatan tablet gastroretentif
Tujuan Praktikum
1.      Mahasiswa memahami sediaan gastroretetif
2.      Mahasiswa mampu melakukan formulasi sediaan gastroretentif
3.      Mahasiswa memahami fungsi setiap bahan yang digunakan
4.      Mahasiswa prosedur pembuatan dan analisis sediaan gastroretentif
Resep :            R/         Ekstrak daun jambu biji
                                    NaHCO3
                                    Asam sitrat
                                    Talk
                                    Amilum
                                    Mg stearat
                                    HPMC
                                    Sac. Lactis ad 500 mg
                                    m.f tab
Prosedur Kerja
1.             Lakukan preformulasi yang sesuai dengan sifat fisik ekstrak.
2.             Pembuatan ekstrak tanaman hingga didapatkan ekstrak kental.
3.             Granulasi sediaan gastroretentif dari ekstrak tanaman
4.             Evaluasi granul
5.             Pengempaan tablet
6.             Evaluasi sediaan tablet gastroretentif
Evaluasi granul :
1.      Uji Kadar Air
Sebanyak 1 g granul ditimbang lalu dimasukkan ke dalam cawan. Selanjutnya granul dikeringkan di oven suhu 105 oC sampai berat konstan.
2.      Penentuan Perbandingan Hausner dan Uji Kompresibilitas
Sebanyak ± 20 g granul ditimbang, dimasukan ke dalam gelas ukur     100 mL. Etapkan gelas ukur sebanyak 100 kali sampai volumenya tetap.
3.      Tapping Kinetik
Sebanyak ± 20 g granul ditimbang, dimasukkan ke dalam gelas ukur  100 mL (Vo). Hidupkan stopwatch, etapkan gelas ukur tiap dua menit dan catat volume granul. Lakukan sampai volume granul tetap (Vt). Grafik tapping kinetik dibuat dengan memplot log Vo/Vt terhadap waktu
4.      Laju Alir
Sebanyak 20 g granul ditimbang dan dimasukkan dalam corong flowmeter dan diratakan bagian atasnya. Alat dijalankan dan diukur waktu yang dibutuhkan oleh seluruh bahan untuk mengalir melalui corong. Laju alir dinyatakan dalam gram/second (g/s)
Evaluasi tablet :
1.                  Organoleptis
Evaluasi dilakukan untuk melihat penampilan tablet secara umum melalui parameter-parameter seperti warna, bentuk permukaan, aroma/bau, serta deteksi keberadaan cacat fisik pada tablet menggunakan responden sebanyak 20 orang.
2.                  Keseragaman Bobot
Dua puluh tabet dari masing-masing formula ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya, kemudian ditimbang satu persatu. Persyaratannya adalah tidak lebih dari dua tablet yang menyimpang lebih besar dari kolom A dan tidak satu tabletpun yang menyimpang lebih besar dari kolom B
3.             Keseragaman Ukuran
Uji dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal masing-masing tablet menggunakan jangka sorong pada enam buah tablet. Menurut Farmakope Indonesia III, kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 4/3 tebal tablet dengan nilai CV ≤ 5% (Depkes RI, 1979).
4.                  Kerapuhan Tablet
Sebanyak 20 tablet ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam friabilator dan diputar dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu yang menempel dan ditimbang kembali persentase kehilangan bobot
5.                  Kekerasan Tablet
              Alat uji kekerasan tablet yang digunakan adalah hardness tester (YF-1 Hardness Tester). Pengujian dilakukan dengan cara satu buah tablet diletakkan ke dalam alat hardness tester. Alat dijalankan dengan memutar tombol pada sisi alat hingga tablet pecah. Pengujian dilakukan pada enam tablet. Kekerasan tablet yang direkomendasikan yaitu 4 – 8 kg (1 kg = 9,8 N) (USP, 2007).
6.                  Uji Daya Floating
a.           Pembuatan SGF (Simulated Gastric Fluid)
              Larutan Simulated Gastric Fluid dibuat dengan melarutkan 250 mL KCl 0,2 M dan 425 mL HCl 0,2 N dalam labu ukur 1 L. Larutan dicukupkan volume hingga 1 L dan ukur pH dengan pH meter sampai 1,2 ± 0,01. Jika pH lebih dari 1,2 dapat ditambahkan dengan larutan aquadest dan pH kurang dari 1,2 dilakukan dengan penambahan larutan HCl 10% sampai pH 1,2 ± 0,01 (USP, 2007).
b.           Uji Floating Lag Time dan Floating Duration Time
Tablet dimasukkan dalam SGF pH 1,2 sebanyak 100 mL pada suhu         37 ± 0,5oC. Waktu yang dibutuhkan untuk tablet mulai mengapung pada permukaan medium dicatat sebagai floating lag time dan waktu untuk tablet tetap konstan berada di permukaan medium disolusi dicatat sebagai floating duration time (Khairunnisya, 2011).
7.                  Swelling Index
Satu buah tablet ditimbang (Wo) dan dimasukkan dalam SGF pH 1,2 sebanyak 20 mL pada suhu 37 ± 0,5oC. Pada jam ke- 2, 4, 6, dan 8 pengujian, tablet yang mengambang (tablet mengalami swelling) dikeluarkan dari SGF        pH 1,2 diambil. Kelebihan air diserap dengan kertas saring kemudian tablet ditimbang kembali (Wt).  
8.                   Mucoadhesive Time
            Uji mucoadhesive time dilakukan dengan menggunakan lambung kambing bagian abomasum. Lambung kambing dicuci dengan larutan NaCl fisiologis kemudian dilekatkan di glass beaker menggunakan lem sianoakrilat. Salah satu sisi tablet dibasahi dengan SGF pH 1,2 dan ditempelkan pada lambung kambing dan ditekan dengan ibu jari selama 20 detik. Glass beaker diisi dengan SGF pH 1,2 sebanyak 70 mL suhu 37oC. Setelah media siap, masukan spinbar dalam glass beaker dan letakan di atas magnetic stirrer. Hidupkan alat dan atur suhu 37,5 oC dengan kecepatan 100 rpm. Waktu yang diperlukan untuk tablet untuk terlepas dari mukosa lambung dihitung sebagai mucoadhesive time, pengujian tablet dilakukan sebanyak tiga kali replikasi (Shaikh, 2013).
9.                  Uji Disolusi
a.    Pembuatan Kurva Kalibrasi
Larutan induk dibuat dengan konsentrasi 0,5 mg/mL dengan melarutkan 5 mg kuersetin dalam 10 mL SGF pH 1,2. Larutan induk dibuat seri pengenceran sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,025; 0,05; 0,075; 0,1; 0,125; 0,15 mg/mL. Larutan konsentrasi 0,025 dilihat spektrum serapannya menggunakan sprekrofotometer UV-Visible dan ditentukan panjang gelombang maksimum pada 200 - 600 nm. Serapan larutan konsentrasi diukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh. Kurva kalibrasi dibuat dengan memplotkan konsentrasi larutan dengan absorbansi (Khairunnisya, 2011).
b.        Pengujian Disolusi
              Pengujian disolusi tablet ekstrak daun petai sistem floating-mucoadhesive dilakukan menggunakan alat disolusi modifikasi yaitu beaker glass yang dimodifikasi dengan menambahkan suatu saluran tempat sampling yang menempel pada dasar beaker glass diputar dengan kecepatan 100 rpm dalam SGF pH 1,2 sebanyak 70 mL pada suhu 37 ± 0,5oC selama 360 menit. Sampel tersebut diambil sebanyak 5 mL pada menit ke-30, 60, 90, 120,150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360. Setiap pengambilan sampel segera ditambahkan media dengan jumlah dan suhu yang sama ke dalam alat uji disolusi. Sampel disaring menggunakan kertas saring. Konsentrasi ekstrak dalam tablet ditentukan dengan mengukur serapan menggunakan spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang maksimum dari hasil serapan yang diperoleh dengan membandingkan dengan kurva baku. Profil pelepasan ekstrak dari tablet dengan cara memplotkan jumlah obat yang dilepaskan dalam (%) terhadap waktu sehingga diperoleh efisiensi diolusi. Profil kinetika pelepasan obat diplotkan berdasarkan persaman orde nol, orde satu, model Higuchi, Korsmeyer-Peppas, dan Hixson-Crowell (Ulfa, 2015). 
Pembahasan :
Sistem tablet gastroretentif menargetkan pelepasan obat spesifik di saluran pencernaan baik lokal maupun sistemik. Beberapa sistem gastroretentif yaitu sistem dengan densitas rendah yaitu sistem floating dan sistem dengan densitas tinggi (high density system) yaitu sistem mukoadhesif. Sediaan floating dapat membentuk gel penghalang yang berfungsi sebagai reservoir dan dapat melepaskan obat secara perlahan sehingga mengurangi fluktasi konsentrasi obat dalam plasma (Nurniswati, 2014). Formulasi bentuk sediaan floating harus memenuhi kriteria sebagai berikut: memiliki struktur yang dapat membentuk sebuah penghalang gel kohesif, larut perlahan, densitas kurang dari satu, integritas strukturnya terjaga, dan pelepasan obat secara konstan untuk dapat bertahan lama di lambung (Budal, 2014; Nurniswati, 2014). Bentuk-bentuk ini diharapkan tetap dalam keadaan mengapung dalam lambung tanpa dipengaruhi oleh laju pengosongan lambung karena densitasnya lebih rendah dari cairan lambung (Khan, 2013). Tablet floating dapat ditambahkan komponen pembentuk gas, seperti golongan karbonat. Garam karbonat kontak dengan cairan lambung melepaskan gas karbondioksida yang terperangkap dalam hidrokoloid yang mengembang. Hal ini mempercepat waktu floating lag time (Nurniswati, 2014).
Sistem mukoadhesif dapat memperpanjang waktu tinggal obat di tempat absorpsinya dan memfasilitasi kontak yang erat antara obat di tempat absorpsinya sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas obat (Khairunnisya, 2011). Mekanisme pelekatan sistem mukoadhesif diawali oleh kontak antara sediaan dengan mukus dilanjutkan dengan interpenetrasi polimer kedalam mukus dan akhirnya menempel di sel epitel lambung. Proses mukoadhesif ditentukan oleh polimer yang digunakan dari lingkungan tempat aplikasi sitem mukoadhesif tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain konsentrasi polimer, bobot molekul polimer, konformasi polimer, derajat hidrasi, pH, fleksibilitas rantai polimer, variasi biologis, dan waktu kontak awal (Srinivas, 2011).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar