⁂Judul : Pembuatan sediaan bukal
mukoadesif patch
Tujuan
1.
Mahasiswa mampu memahami
tahapan di dalam proses preformulasi buccal
muchoaadhesive patch.
2.
Mahasiswa mampu memilih
eksipien yang sesuai dengan zat aktif sediaan buccal muchoadhesive patch.
3.
Mahasiswa mampu membuat sediaan
buccal muchoadhesive patch dan
menjelaskan uji kualitas sediaan.
Resep
: R/ Ekstrak daun sirih
Gelatin
Gliserin
Mg
stearat
Sukrosa
Aquadest
m.f
patch
Prosedur Kerja :
1.
Preformulasi sediaan
Tahap preformulasi yang dilakukan
dapat berupa investigasi sifat-sifat fisika kimia zat aktif/ekstrak dan
eksipien yang akan digunakan di dalam sediaan dar berbagai sumber yang valid.
Penentuan eksipien yang digunakan harus sesuai dengan zat aktif/ekstrak sediaan
yang akan dibuat.
2.
Ekstraksi zat aktif
sediaan
Metode ekstraksi simplisia yang
dapat digunakan berupa maserasi, perkolasi, sokhletasi, refluks, infusa dan
dekokta. Pemilihan metode ekstraksi ini disesuaikan dengan ekstrak yang
digunakan. Catatan: pilihlah metode yang murah dan mudah ( lebih baik hindari
proses evaporasi/ penguapan yang memerlukan alat seperti rotary evaporator,
refluks dan sokhlet).
3.
Pembuatan sediaan
Secara umum, sediaan buccal muchoadhesiv patch dibuat
dengan tahapan:
·
Siapkan alat dan bahan. Timbang
bahan sesuai dengan formula yang telah dirancang.
·
Larutkan polimer ke dalam
pelarut yang cocok, biarkan dingin. Tambahkan backing membrane, aduk hingga
homogen.
·
Tambahkan zat aktif/ekstrak
serta bahan pengembang ( untuk sediaan yang memerlukan saja), aduk hingga
homogen.
·
Diamkan larutan kental ini
semalam pada suhu ruang. Kemudian tuang larutan ke dalam cetakan dan biarkan
hingga mengering pada suhu ruang dan terbentuk film yang fleksible.
·
Patch dibungkus dengan aluminium
foil dan disimpan dalam wadah
tertutup rapat. Lakukan analisis terhadap sediaan sebelum dikemas.
Analisis sediaan :
a.
Uji organoleptik
Sediaan diambil dari cawan petri
dan diamati warna, rasa, aroma, tekstur secara kasat mata dan teliti, catat
hasil yang diperoleh.
b.
Uji Keseragaman Bobot
Sebanyak 5 sediaan diambil secara
acak dan ditimbang menggunakan timbangan
analitik. Catat bobot tiap sediaan. Sediaan memenuhi syarat apabila : bobot
sediaan patch tidak melebihi/kurang dari 10 % bobot rata-rata sediaan.
c.
Uji Keseragaman Ukuran
Sebanyak
5 sampel sediaan diambil secara acak dan diukur panjang dan lebar sediaan
menggunakan jangka sorong dan catat hasil yang diperoleh pada tiap sediaan.
Sediaan memenuhi syarat apabila : ukuran
ketebalan patch bukal sebaiknya antara 0,5-1,0 mm, apabila lebih kecil akan
menyulitkan dalam pemakaiannya
d. Uji Waktu Muchoadhesive
Sebelum digunakan, membran mukosa
bukal kambing disimpan di dalam aluminium foil pada suhu dingin (freezer)
dan ketika akan pengujian membran dimasukan ke dalam cairan dapar fosfat salin
pH 7,4 hingga membran sudah tidak mengeras. Media yang digunakan adalah dapar
fosfat pH 6,8 sebanyak 200 mL.
Membran mukosa ditempel pada gelas
preparat dengan menggunakan lem sianokrilat. sediaan patch mukoadhesif kemudian dibasahi dengan dapar fosfat pH 6,8
sebanyak 50 mL sebelum ditempel pada membran mukosa. Beker yang
berisi media yang diletakkan di atas magnetic
stirer dan spin bar dimasukkan
ke dalamnya. Gelas preparat kemudian dicelupkan hingga seluruh mukosa membran tercelup
ke dalam cairan disolusi. Magnetic
stirer kemudian dijalankan dengan kecepatan 50 rpm. Waktu saat sediaan
lepas dari membran mukosa dicatat sebagai muchoadhesive time. Pengujian
dilakukan 3 kali replikasi pada formula optimum.
e. Uji Kemampuan Mengembang
Patch bukal
yang telah ditimbang, diletakkan pada 2%
agar gel plate dan diinkubasi pada suhu 37°C. Setelah diinkubasi antara 1 jam sampai dengan 3
jam, patch dipindahkan ke cawan petri
dan air yang menempel pada permukaan dengan kertas saring dihilangkan. Patch yang telah mengembang kemudian dilakukan penimbangan lagi dan dihitung
indeks pengembangannya. Percobaan tersebut kemudian direplikasi tiga kali dan
dilaporkan rata–ratanya
f.
Uji pH Permukaan Sediaan
Patch yang
telah mengembang, dimasukkan pada 1 ml air distilasi (pH 6,5)
selama 2 jam pada suhu ruangan. Pengukuran pH dilakukan dengan menempelkan
universal pH pada permukaan patch selama
1 menit, kemudian catat pH sediaan.
g.
Uji Ketahanan Lipatan
Pengujian dilakukan degan cara
melipat secara berulang satu patch pada tempat yang sama hingga patch patah
atau dilipat hingga 300 kali secara manual. Jumlah lipatan yang dapat dilipat
pada tempat yang sama tanpa patah memberikan nilai daya tahan lipatan.
h.
Uji Kadar ekstrak di
dalam sediaan
Lakukan pengujian analsis kadar
jumlah zat aktif/ ekstrak sediaan buccal muchoadhesiv patch yang telah dibuat.
Metode analisis kadar yang dipilih harus sesuai dengan ekstrak yang digunakan
di dalam sediaan. Catat dan bandingkan jumlah kadar yang diperoeh dengan kadar
sebenarnya.
i.
Uji Hedonik
Pengujian dilakukan dengan membuat
kisioner terkait sediaan buccal
muchoadhesiv patch anda. Lakukan analisis hedonik terhadap responden (
minimal 20 orang dan minimal 10 pertanyaan). Catat dan simpulkan hasil terkait sediaan anda.
Pembahasan :
Buccal
mucoadhesive patch adalah
bentuk sediaan obat yang berdasar pada mukoadhesif sistem dan digunakan di
daerah antara bagian dalam pipi dengan gusi bagian atas. patch terdiri dari 3 lapisan yaitu (1) Permukaan dasar
mukoadhesif terdiri dari polimer biodhesif polikarbopil, (2) permukaan membran
yang merupakan tempat terlepasnya obat, (3) permukaan impermeable,yang langsung bersentuhan dengan mukosa. Komponen
dasar dari sediaan buccal mucoadhesive
menurut Gandhi et al.,
(2011) adalah obat/zat aktif, polimer bioadhesif, backing membrane, dan bahan pengembang.
⁂Judul : Pembuatan fast dissolving
tablet
Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami mengenai fast dissolving tablet
2. Mahasiswa mampu memilih zat aktif dan eksipien yang sesuai dengan
zat aktif dan bentuk sediaan yang di formulasikan
3. Mahasiswa mampu memahami prosedur kerja dan memahami setiap tahapan
pembuatan nya
4. Mahasiswa mampu melakukan dan memahami analisis granul maupun
sediaan tablet
Resep : R/ Valsartan
MCC
Ac di sol
SSG
Mint flavour
Talk
Mg stearat
Sukrosa
Aquadest
m.f tab
Prosedur :
1. Buat adonan fase dalam tablet
2. Uji banana breaking ball
3. Ayak dengan pengayak mesh no 12
4. Keringkan dengan oven pada suhu 70-90૦C
5. Ayak granul kering dengan ayakan mesh no 14-20
6. Campurkan granul yang sudah di ayak dengan fase luar
7. Granul siap dikempa menjadi tablet
Analisis granul
1. Uji kadar air
Timbang seksama 1,0 g granul. Panaskan dalam oven sampai bobot
konstan(105° C) selama 2 jam. Hitung kadar air yang diperoleh.
2. Uji sifat alir
Timbang seksama 1,0 g granul, tempatkan pada corong setelah bagian
bawah corong disumbat. Buka sumbatan bersamaan dengan menghidupkan stopwatch.
Catat waktu yang dibutuhkan granul untuk habis melewati corong. Lakukan
sebanyak 3x.
3. Uji sudut diam
Gunting kertas grafik dengan ukuran 20 cm x 20 cm, letakkan kertas
tepat dibagian bawah corong. Timbang 10 g bahan. Masukkan kedalam corong yang
bagian bawah nya telah ditutup. Buka bagian bawah corong. Ukur jari-jari dan
tinggi kerucut yang terbentuk. Hitung tanɑ-nya.
4. Uji keseragaman ukuran partikel
Letakkan sebanyak 10 g bahan pada ayakan teratas. Dengan gerakan
yang kontstan ayak serbuk melalui ayakan (besar ke kecil) selama 5 menit.
Timbang dan catat jumlah serbuk yang tertahan dimasing-masing ayakan.
5. Uji kompressibilitas
Bobot nyata
Ke dalam gelas takar masukkan 20 g granul. Baca volume.
Bobot mampat
Ke
dalam gelas takar masukkan 20 g granul. Mampatkan 100x dengan alat volumeter
(atau granul dimasukkan kedalam gelas ukur lalu ditapkan secara konsisten
dengan alas kain/serbet). Lihat dan catat volume setelah penempatan.
Analisis tablet
1. Uji keseragaman bobot
Untuk keseragaman bobot dilakukan untuk 20 tablet secara acak yang
ditimbang sekaligus, kemudian satu persatu tablet ditimbang menggunakan neraca
analitik. Keseragaman bobot dihitung dari penyimpangan bobot terhadap bobot
rata-rata dan disesuaikan dengan analisis nya dengan persyaratan yang terdapat
di FI IV.
2. Uji keseragaman ukuran
Pengujian dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal 20 tablet
secara acak dengan alat jangka sorong. Hasil dinyatakan baik jika koefisien
variasi (CV) dari 2%.
3. Uji keseragaman kadar
Lakukan telaah literatur untuk memperoleh metode pengujian kadar
yang sesuai dengan zat aktif yang digunakan didalam tablet. Lakukan pengujian
sebanyak 3x replikasi.
4. Uji kekerasan tablet
Ambil 5 buah tablet secara acak lalu letakkan dibidang datar
beralas. Berikan beban timbangan 1 kg diatas nya dengan ketinggian yang
meningkat (1 cm, 2 cm, dan seterus nya) hingga tablet retak atau hancur. Catat
ketinggian terakhir yang diberikan, lalu konversikan bobot dan ketinggian
tersebut menjadi gaya dengan rumus F=m.a
5. Uji waktu hancur
Ambil 6 tablet secara acak yang diukur menggunakan alat waktu hancur
(disintegrator tester) suhu medium
air dipertahankan pada suhu 37,50°C±0,5°C. Selama penentuan berlangsung
kemudian keranjang dinaik turunkan dengan kecepatan 25 rpm. Waktu hancur tablet
adalah saat tablet hancur seluruh nya dan tidak ada yang terasa pada bagian
dasar kawat kerajang.
6. Uji kerapuhan
Diuji dengan menggunakan alat Friabilator menggunakan 20 tablet
dengan kecepatan 25 kali putaran permenit selama 4 menit. Alat ini menguji
kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan dan bantingan selama waktu tertentu.
Lakukan perhitungan nilai friabilitas. Persyaratan yang baik tidak lebih dari
0,8 %.
7. Waktu keterbasahan
Tablet ditempatkan dalam cawan petri dengan diameter 6,5 cm. Lalu
ditambahkan aquades sebanyak 10 ml. Kemudian dicatat waktu untuk keterbasahan
nya. Jika suatu tablet memiliki waktu keterbasahan yang rendah maka tablet
tersebut akan lebih sulit untuk terdisintegrasi.
8. Uji statistik dan hedonis
Lakukan
analisis data menggunakan software SPSS pada setiap hasil analisis uji maupun
uji hedonis
Pembahasan :
Fast dissolving tablet merupakan tablet yang didesain
untuk cepat hancur di dalam saliva tanpa perlu adanya air. Waktu hancur fast
dissolving tablet adalah 15 detik sampai 3 menit . Keuntungan utama dari
formulasi FDT adalah sediaan ini mengkombinasi keuntungan formulasi sediaan
cair dan tablet konvensional. Keunggulan FDT pada sediaan padat yaitu
memberikan kemudahan dari formulasi tablet, memiliki stabilitas yang baik,
dosis akurat, ukuran kemasan kecil, mudah dalam penanganan oleh pasien.
Keunggulan dalam sediaan/formulasi cair yaitu memudahkan untuk menelan, cepat
terabsorbsi, tidak ada resiko untuk obtruksi fisik dari bentuk sediaan. Metode pembuatan
FDT bisa digunakan granulasi basah, granulasi kering, maupun kempa langsung.
⁂Judul : Pembuatan sustain release
granul
Tujuan :
1. Mahasiswa mampu memahami membuat formula
sederhana sediaan tablet.
2. Mahasiswa mampu memahami proses granulasi.
3. Mahasiswa mampu menganalisis kualitas dari
granul yang didapatkan.
4. Mahasiswa mampu memahami proses pelapisan
granul.
5. Mahasiswa mampu melakukan analisis terhadap
sediaan yang telah dihasilkan dan
pengemasnya.
pengemasnya.
Resep : R/ indometasin
PVP
Laktosa
dekstrosa
HPMC
Etil selulosa
Cetyl alkohol
Cera alba
FDC blue
m.f
granule
prosedur
kerja :
1. Lakukan granulasi zat aktif, polimer, dan pengisi
2. Analisis granul
3. Lapisi granul dengan cairan
etanol-polimer untuk membentuk lapisan tengah hingga bobot naik sekitar 3-6%
dari bobot awal.
4. Keringkan granul. Setelah itu, granul yang telah mengalami kenaikan
bobot 3-6% dilapisi lagi dengan agen penyalut yang telah diberi pewarna hingga
mengalami kenaikan bobot sebesar 15-35%.
5. Keringkan granul dengan oven hingga bobot konstan.
Analisis :
1. Uji kerapuhan
Masukkkan 1 gram granul dengan alat friabiltas.
2. Uji Kadar
Bergantung dari zat aktif yang digunakan. Dapat menggunakan spektro
ataupun metode titrasi. Memenuhi syarat jika kadarnya berkisar antara 90-110%.
3. Uji Stabilitas
Simpan sediaan pada uji 25OC dengan RH 60% selama 1 hari.
Amati stabilitasnya.
4. Uji Waktu Hancur
1 gram granul dimasukkan kedalam disintegrator
tester. Naik turunkan alat dengan kecepatan 25 rpm. Bandingkan dengan
granul yang belum terlapisi.
5. Uji Mukoadhesif
Aklimatisasi hewan
percobaan:
hewan yang digunakan dalam pengujian adalah tikus putih jenis wistar
dengan bobot 250 g sebanyak 5 tikus.
Pembuatan cairan lambung
buatan tanpa enzim.
Dilakukan dengan cara melarutkan 2,0 gram NaCl P dalam 7,0 ml HCl P.
Kemudian campuran ini digenapkan dengan air suling hingga 1 liter dan diperiksa
pada pH 1,2 ± 0,1.
Pembuatan cairan usus buatan tanpa enzim
Pembuatan cairan usus buatan tanpa enzim
Dilakukan dengan cara mencampurkan larutan 6,8 kalium hidrogen
fosfat dalam 250 ml air suling dengan 190 ml larutan NaOH 0,2 N yang telah
diencerkan hingga 400 ml. Selanjutnya, pH campuran diatur hingga 7,5 ± 0,1 dengan
penambahan NaOH 0,2 N dan digenapkan dengan air suling hingga 1 liter.
Penyiapan membran mukosa
lambung dan usus halus.
Dilakukan melalui tahapan berikut: a) tikus yang dipilih adalah
tikus yang sehat dengan bobot 250 g. Sehari sebelum pengujian tikus dipuasakan
terlebih dahulu, b) pada saat akan dilakukan pengujian tikus dimatikan dangan
eter atau kloroform, c) pembedahan dilakukan pada bagian abdominal, kemudian
organ lambung dan usus yang akan digunakan diambil, d) jaringan lambung dan
usus dicuci dengan larutan NaCl fisiologis kemudian masing-masing direndam
dalam cairan lambung buatan dan cairan usus buatan. Uji Bioadesif in vitro 8 :
Jaringan lambung dibuka dan dipotong kira-kira 1x1 cm dan jaringan usus dibelah
dan dipotong kira-kira 4x1 cm, dilekatkan pada penyokong aluminium kemudian
ditempatkan dalam sel silindris dengan kemiringan 45oC. Granul yang
melekat pada jaringan lambung dielusi dengan cairan lambung buatan pada suhu
37±0,5oC selama 10 menit dengan kecepatan aliran 22 ml/menit. Granul
yang melekat dihitung setiap 5 menit. Percobaan dilakukan secara duplo.
6.
Uji Wash off
Jaringan lambung dan usus
ditempelkan pada kaca objek menggunakan lem sianoakrilat. Ujung jaringan
dikunci dengan paraffin film. Sejumlah 50 butir granul disebarkan atau
ditempelkan pada mukosa lambung usus halus secara merata, kemudian ditempatkan
pada tabung kaca dan dimasukkan kedalam alat uji desintegrasi. Alat uji
desintegrasi digerakkan naik turun 30 kali per menit. Jumlah granul yang
melekat dihitung setiap 30 menit selama 2 jam. Percobaan dilakukan secara
duplo.
Pembahasan :
Sustained Release Granules adalah bentuk sediaan obat yang
dirancang pelepasan konsentrasi obat dalam waktu tertentu sehingga tercapai
efek terapeutik yang diinginkan. Konsep
pemberian obat sustained released adalah pelepasan
berkelanjutan, pelepasan terkontrol, dari sistem pengiriman obat yang
dirancang untuk mencapai efek terapi yang berkepanjangan dengan terus
melepaskan obat selama jangka waktu setelah pemberian dosis tunggal, dengan
efek samping yang minimal dan lebih memberikan kenyamanan terhadap pasien
(Wilson, 2011). .Keuntungan dari sediaan sustained
released ialah dapat meningkatkan kepatuhan pasien, dan pemberian obat
dapat dibuat lebih nyaman juga. Pelapisan granul disini menggunakan Fluid Bed Coater.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar