Pembahasan Praktikum Tekfar Padat Bagian 3


⁂Judul : Pembuatan sediaan bukal mukoadesif patch
Tujuan
1.      Mahasiswa mampu memahami tahapan di dalam proses preformulasi buccal muchoaadhesive patch.
2.      Mahasiswa mampu memilih eksipien yang sesuai dengan zat aktif sediaan buccal muchoadhesive patch.
3.      Mahasiswa mampu membuat sediaan buccal muchoadhesive patch dan menjelaskan uji kualitas sediaan.
Resep : R/        Ekstrak daun sirih
                        Gelatin
                        Gliserin
                        Mg stearat
                        Sukrosa
                        Aquadest
                        m.f patch
Prosedur Kerja :
1.      Preformulasi sediaan
Tahap preformulasi yang dilakukan dapat berupa investigasi sifat-sifat fisika kimia zat aktif/ekstrak dan eksipien yang akan digunakan di dalam sediaan dar berbagai sumber yang valid. Penentuan eksipien yang digunakan harus sesuai dengan zat aktif/ekstrak sediaan yang akan dibuat.
2.      Ekstraksi zat aktif sediaan
Metode ekstraksi simplisia yang dapat digunakan berupa maserasi, perkolasi, sokhletasi, refluks, infusa dan dekokta. Pemilihan metode ekstraksi ini disesuaikan dengan ekstrak yang digunakan. Catatan: pilihlah metode yang murah dan mudah ( lebih baik hindari proses evaporasi/ penguapan yang memerlukan alat seperti rotary evaporator, refluks dan sokhlet).
3.      Pembuatan sediaan
Secara umum, sediaan buccal muchoadhesiv patch dibuat dengan tahapan:
·         Siapkan alat dan bahan. Timbang bahan sesuai dengan formula yang telah dirancang.
·         Larutkan polimer ke dalam pelarut yang cocok, biarkan dingin. Tambahkan backing membrane, aduk hingga homogen.
·         Tambahkan zat aktif/ekstrak serta bahan pengembang ( untuk sediaan yang memerlukan saja), aduk hingga homogen.
·         Diamkan larutan kental ini semalam pada suhu ruang. Kemudian tuang larutan ke dalam cetakan dan biarkan hingga mengering pada suhu ruang dan terbentuk film yang fleksible.
·         Patch dibungkus dengan aluminium foil dan disimpan dalam wadah tertutup rapat. Lakukan analisis terhadap sediaan sebelum dikemas.
Analisis sediaan :
a.      Uji organoleptik
Sediaan diambil dari cawan petri dan diamati warna, rasa, aroma, tekstur secara kasat mata dan teliti, catat hasil yang diperoleh.
b.      Uji Keseragaman Bobot
Sebanyak 5 sediaan diambil secara acak dan ditimbang menggunakan  timbangan analitik. Catat bobot tiap sediaan. Sediaan memenuhi syarat apabila : bobot sediaan patch tidak melebihi/kurang dari 10 % bobot rata-rata sediaan.
c.       Uji Keseragaman Ukuran
Sebanyak 5 sampel sediaan diambil secara acak dan diukur panjang dan lebar sediaan menggunakan jangka sorong dan catat hasil yang diperoleh pada tiap sediaan. Sediaan memenuhi syarat apabila : ukuran ketebalan patch bukal sebaiknya antara 0,5-1,0 mm, apabila lebih kecil akan menyulitkan dalam pemakaiannya
d.      Uji Waktu Muchoadhesive
Sebelum digunakan, membran mukosa bukal kambing disimpan di dalam aluminium foil pada suhu dingin (freezer) dan ketika akan pengujian membran dimasukan ke dalam cairan dapar fosfat salin pH 7,4 hingga membran sudah tidak mengeras. Media yang digunakan adalah dapar fosfat pH 6,8 sebanyak 200 mL.
Membran mukosa ditempel pada gelas preparat dengan menggunakan lem sianokrilat. sediaan patch mukoadhesif kemudian dibasahi dengan dapar fosfat pH 6,8 sebanyak 50 mL sebelum ditempel pada membran mukosa. Beker yang berisi media yang diletakkan di atas magnetic stirer dan spin bar dimasukkan ke dalamnya. Gelas preparat kemudian dicelupkan hingga seluruh mukosa membran tercelup ke dalam cairan disolusi. Magnetic stirer kemudian dijalankan dengan kecepatan 50 rpm. Waktu saat sediaan lepas dari membran mukosa dicatat sebagai muchoadhesive time. Pengujian dilakukan 3 kali replikasi pada formula optimum.
e.       Uji Kemampuan Mengembang
Patch bukal yang telah ditimbang,  diletakkan pada 2% agar  gel plate dan  diinkubasi pada suhu 37°C. Setelah  diinkubasi antara 1 jam sampai dengan 3 jam,  patch dipindahkan ke cawan petri dan air yang  menempel pada  permukaan dengan kertas  saring dihilangkan. Patch  yang telah mengembang kemudian  dilakukan penimbangan lagi dan dihitung indeks pengembangannya. Percobaan tersebut kemudian direplikasi tiga kali dan dilaporkan rata–ratanya
f.       Uji pH Permukaan Sediaan
Patch  yang  telah  mengembang,  dimasukkan pada 1 ml air distilasi (pH 6,5) selama 2 jam pada suhu ruangan. Pengukuran pH dilakukan dengan menempelkan universal pH pada permukaan  patch selama 1 menit, kemudian catat pH sediaan.
g.      Uji Ketahanan Lipatan
Pengujian dilakukan degan cara melipat secara berulang satu patch pada tempat yang sama hingga patch patah atau dilipat hingga 300 kali secara manual. Jumlah lipatan yang dapat dilipat pada tempat yang sama tanpa patah memberikan nilai daya tahan lipatan.
h.      Uji Kadar ekstrak di dalam sediaan
Lakukan pengujian analsis kadar jumlah zat aktif/ ekstrak sediaan buccal muchoadhesiv patch yang telah dibuat. Metode analisis kadar yang dipilih harus sesuai dengan ekstrak yang digunakan di dalam sediaan. Catat dan bandingkan jumlah kadar yang diperoeh dengan kadar sebenarnya.
i.        Uji Hedonik
Pengujian dilakukan dengan membuat kisioner terkait sediaan buccal muchoadhesiv patch anda. Lakukan analisis hedonik terhadap responden ( minimal 20 orang dan minimal 10 pertanyaan). Catat dan simpulkan hasil  terkait sediaan anda.
Pembahasan :
Buccal mucoadhesive patch adalah bentuk sediaan obat yang berdasar pada mukoadhesif sistem dan digunakan di daerah antara bagian dalam pipi dengan gusi bagian atas. patch terdiri dari 3 lapisan yaitu (1) Permukaan dasar mukoadhesif terdiri dari polimer biodhesif polikarbopil, (2) permukaan membran yang merupakan tempat terlepasnya obat, (3) permukaan impermeable,yang langsung bersentuhan dengan mukosa. Komponen dasar dari sediaan buccal mucoadhesive menurut Gandhi et al., (2011) adalah obat/zat aktif, polimer bioadhesif, backing membrane, dan bahan pengembang.

⁂Judul : Pembuatan fast dissolving tablet
Tujuan
1.      Mahasiswa mampu memahami mengenai fast dissolving tablet
2.      Mahasiswa mampu memilih zat aktif dan eksipien yang sesuai dengan zat aktif dan bentuk sediaan yang di formulasikan
3.      Mahasiswa mampu memahami prosedur kerja dan memahami setiap tahapan pembuatan nya
4.      Mahasiswa mampu melakukan dan memahami analisis granul maupun sediaan tablet
Resep : R/        Valsartan
                        MCC
                        Ac di sol
                        SSG
                        Mint flavour
                        Talk
                        Mg stearat
                        Sukrosa
                        Aquadest
                        m.f tab
Prosedur :
1.      Buat adonan fase dalam tablet
2.      Uji banana breaking ball
3.      Ayak dengan pengayak mesh no 12
4.      Keringkan dengan oven pada suhu 70-90C
5.      Ayak granul kering dengan ayakan mesh no 14-20
6.      Campurkan granul yang sudah di ayak dengan fase luar
7.      Granul siap dikempa menjadi tablet
Analisis granul
1.      Uji kadar air
Timbang seksama 1,0 g granul. Panaskan dalam oven sampai bobot konstan(105° C) selama 2 jam. Hitung kadar air yang diperoleh.
2.      Uji sifat alir
Timbang seksama 1,0 g granul, tempatkan pada corong setelah bagian bawah corong disumbat. Buka sumbatan bersamaan dengan menghidupkan stopwatch. Catat waktu yang dibutuhkan granul untuk habis melewati corong. Lakukan sebanyak 3x.
3.      Uji sudut diam
Gunting kertas grafik dengan ukuran 20 cm x 20 cm, letakkan kertas tepat dibagian bawah corong. Timbang 10 g bahan. Masukkan kedalam corong yang bagian bawah nya telah ditutup. Buka bagian bawah corong. Ukur jari-jari dan tinggi kerucut yang terbentuk. Hitung tanɑ-nya.
4.      Uji keseragaman ukuran partikel
Letakkan sebanyak 10 g bahan pada ayakan teratas. Dengan gerakan yang kontstan ayak serbuk melalui ayakan (besar ke kecil) selama 5 menit. Timbang dan catat jumlah serbuk yang tertahan dimasing-masing ayakan.
5.      Uji kompressibilitas
Bobot nyata
Ke dalam gelas takar masukkan 20 g granul. Baca volume.
Bobot mampat
Ke dalam gelas takar masukkan 20 g granul. Mampatkan 100x dengan alat volumeter (atau granul dimasukkan kedalam gelas ukur lalu ditapkan secara konsisten dengan alas kain/serbet). Lihat dan catat volume setelah penempatan.
Analisis tablet
1.      Uji keseragaman bobot
Untuk keseragaman bobot dilakukan untuk 20 tablet secara acak yang ditimbang sekaligus, kemudian satu persatu tablet ditimbang menggunakan neraca analitik. Keseragaman bobot dihitung dari penyimpangan bobot terhadap bobot rata-rata dan disesuaikan dengan analisis nya dengan persyaratan yang terdapat di FI IV.
2.       Uji keseragaman ukuran
Pengujian dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal 20 tablet secara acak dengan alat jangka sorong. Hasil dinyatakan baik jika koefisien variasi (CV) dari 2%.
3.      Uji keseragaman kadar
Lakukan telaah literatur untuk memperoleh metode pengujian kadar yang sesuai dengan zat aktif yang digunakan didalam tablet. Lakukan pengujian sebanyak 3x replikasi.
4.      Uji kekerasan tablet
Ambil 5 buah tablet secara acak lalu letakkan dibidang datar beralas. Berikan beban timbangan 1 kg diatas nya dengan ketinggian yang meningkat (1 cm, 2 cm, dan seterus nya) hingga tablet retak atau hancur. Catat ketinggian terakhir yang diberikan, lalu konversikan bobot dan ketinggian tersebut menjadi gaya dengan rumus F=m.a
5.      Uji waktu hancur
Ambil 6 tablet secara acak yang diukur menggunakan alat waktu hancur (disintegrator tester) suhu medium air dipertahankan pada suhu 37,50°C±0,5°C. Selama penentuan berlangsung kemudian keranjang dinaik turunkan dengan kecepatan 25 rpm. Waktu hancur tablet adalah saat tablet hancur seluruh nya dan tidak ada yang terasa pada bagian dasar kawat kerajang.
6.      Uji kerapuhan
Diuji dengan menggunakan alat Friabilator menggunakan 20 tablet dengan kecepatan 25 kali putaran permenit selama 4 menit. Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan dan bantingan selama waktu tertentu. Lakukan perhitungan nilai friabilitas. Persyaratan yang baik tidak lebih dari 0,8 %.
7.      Waktu keterbasahan
Tablet ditempatkan dalam cawan petri dengan diameter 6,5 cm. Lalu ditambahkan aquades sebanyak 10 ml. Kemudian dicatat waktu untuk keterbasahan nya. Jika suatu tablet memiliki waktu keterbasahan yang rendah maka tablet tersebut akan lebih sulit untuk terdisintegrasi.
8.      Uji statistik dan hedonis
Lakukan analisis data menggunakan software SPSS pada setiap hasil analisis uji maupun uji hedonis
Pembahasan :
Fast dissolving tablet merupakan tablet yang didesain untuk cepat hancur di dalam saliva tanpa perlu adanya air. Waktu hancur fast dissolving tablet adalah 15 detik sampai 3 menit . Keuntungan utama dari formulasi FDT adalah sediaan ini mengkombinasi keuntungan formulasi sediaan cair dan tablet konvensional. Keunggulan FDT pada sediaan padat yaitu memberikan kemudahan dari formulasi tablet, memiliki stabilitas yang baik, dosis akurat, ukuran kemasan kecil, mudah dalam penanganan oleh pasien. Keunggulan dalam sediaan/formulasi cair yaitu memudahkan untuk menelan, cepat terabsorbsi, tidak ada resiko untuk obtruksi fisik dari bentuk sediaan. Metode pembuatan FDT bisa digunakan granulasi basah, granulasi kering, maupun kempa langsung.

⁂Judul : Pembuatan sustain release granul
Tujuan :
1.  Mahasiswa mampu memahami membuat formula sederhana sediaan tablet.
2.  Mahasiswa mampu memahami proses granulasi.
3.  Mahasiswa mampu menganalisis kualitas dari granul yang didapatkan.
4.  Mahasiswa mampu memahami proses pelapisan granul.
5.  Mahasiswa mampu melakukan analisis terhadap sediaan yang telah dihasilkan dan  
      pengemasnya.
Resep : R/        indometasin
                        PVP
                        Laktosa
                        dekstrosa
                        HPMC
                        Etil selulosa
                        Cetyl alkohol
                        Cera alba
                        FDC blue
                        m.f granule
prosedur kerja :
1.      Lakukan granulasi zat aktif, polimer, dan pengisi
2.      Analisis granul
3.       Lapisi granul dengan cairan etanol-polimer untuk membentuk lapisan tengah hingga bobot naik sekitar 3-6% dari bobot awal.
4.      Keringkan granul. Setelah itu, granul yang telah mengalami kenaikan bobot 3-6% dilapisi lagi dengan agen penyalut yang telah diberi pewarna hingga mengalami kenaikan bobot sebesar 15-35%.
5.      Keringkan granul dengan oven hingga bobot konstan.
Analisis :
1.      Uji kerapuhan
Masukkkan 1 gram granul dengan alat friabiltas.
2.      Uji Kadar
Bergantung dari zat aktif yang digunakan. Dapat menggunakan spektro ataupun metode titrasi. Memenuhi syarat jika kadarnya berkisar antara 90-110%.
3.      Uji Stabilitas
Simpan sediaan pada uji 25OC dengan RH 60% selama 1 hari. Amati stabilitasnya.
4.      Uji Waktu Hancur
1 gram granul dimasukkan kedalam disintegrator tester. Naik turunkan alat dengan kecepatan 25 rpm. Bandingkan dengan granul yang belum terlapisi.
5.      Uji Mukoadhesif
Aklimatisasi hewan percobaan:
hewan yang digunakan dalam pengujian adalah tikus putih jenis wistar dengan bobot 250 g sebanyak 5 tikus.
Pembuatan cairan lambung buatan tanpa enzim.
Dilakukan dengan cara melarutkan 2,0 gram NaCl P dalam 7,0 ml HCl P. Kemudian campuran ini digenapkan dengan air suling hingga 1 liter dan diperiksa pada pH 1,2 ± 0,1.
Pembuatan cairan usus buatan tanpa enzim
Dilakukan dengan cara mencampurkan larutan 6,8 kalium hidrogen fosfat dalam 250 ml air suling dengan 190 ml larutan NaOH 0,2 N yang telah diencerkan hingga 400 ml. Selanjutnya, pH campuran diatur hingga 7,5 ± 0,1 dengan penambahan NaOH 0,2 N dan digenapkan dengan air suling hingga 1 liter.
Penyiapan membran mukosa lambung dan usus halus.
Dilakukan melalui tahapan berikut: a) tikus yang dipilih adalah tikus yang sehat dengan bobot 250 g. Sehari sebelum pengujian tikus dipuasakan terlebih dahulu, b) pada saat akan dilakukan pengujian tikus dimatikan dangan eter atau kloroform, c) pembedahan dilakukan pada bagian abdominal, kemudian organ lambung dan usus yang akan digunakan diambil, d) jaringan lambung dan usus dicuci dengan larutan NaCl fisiologis kemudian masing-masing direndam dalam cairan lambung buatan dan cairan usus buatan. Uji Bioadesif in vitro 8 : Jaringan lambung dibuka dan dipotong kira-kira 1x1 cm dan jaringan usus dibelah dan dipotong kira-kira 4x1 cm, dilekatkan pada penyokong aluminium kemudian ditempatkan dalam sel silindris dengan kemiringan 45oC. Granul yang melekat pada jaringan lambung dielusi dengan cairan lambung buatan pada suhu 37±0,5oC selama 10 menit dengan kecepatan aliran 22 ml/menit. Granul yang melekat dihitung setiap 5 menit. Percobaan dilakukan secara duplo.
6.        Uji Wash off
Jaringan lambung dan usus ditempelkan pada kaca objek menggunakan lem sianoakrilat. Ujung jaringan dikunci dengan paraffin film. Sejumlah 50 butir granul disebarkan atau ditempelkan pada mukosa lambung usus halus secara merata, kemudian ditempatkan pada tabung kaca dan dimasukkan kedalam alat uji desintegrasi. Alat uji desintegrasi digerakkan naik turun 30 kali per menit. Jumlah granul yang melekat dihitung setiap 30 menit selama 2 jam. Percobaan dilakukan secara duplo.
Pembahasan :
Sustained Release Granules adalah bentuk sediaan obat yang dirancang pelepasan konsentrasi obat dalam waktu tertentu sehingga tercapai efek terapeutik yang diinginkan.  Konsep pemberian obat sustained released  adalah pelepasan berkelanjutan, pelepasan terkontrol, dari sistem pengiriman obat yang dirancang untuk mencapai efek terapi yang berkepanjangan dengan terus melepaskan obat selama jangka waktu setelah pemberian dosis tunggal, dengan efek samping yang minimal dan lebih memberikan kenyamanan terhadap pasien (Wilson, 2011). .Keuntungan dari sediaan sustained released ialah dapat meningkatkan kepatuhan pasien, dan pemberian obat dapat dibuat lebih nyaman juga. Pelapisan granul disini menggunakan Fluid Bed Coater.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar